Disain Poster Digital Gelar Karya dan Prestasi 2020

Puisi Jawa

K A N G E N

Karya Supriya, S.Pd

rembulane gede bunder kepleng kadyo roso tresnaku marang sliramu wong ayu,

rembulane ndadari sore mau sajak sumringah kadyo pasuryanmu,

langit terang makantar-kantar

lintang-lintang gegojekan nambah roso seneng atiku

sanadyan sliramu ora ono neng sandingku

tak tunggu pawartamu ing wengi iki

sakecap unimu dadi tentrem atiku

nanging jebol kanti saiki tak anti-anti

ora ono kabar kapungkasane

opo sliramu wis lali tenan duh wong ayu,

aku kangen sliramu awan bengi tak impi-impi

duh wong ayu,

leganono atiku sakecap unimu dadi tentrem atiku

Juara 1 Essai Gelar Karya dan Prestasi Siswa 2020

Prestasi Melawan Pandemi

Karya: Putri Hana Pratiwi, siswa kelas XII MIPA 2

Putri Hana adalah Peraih penghargaan SIMULASI PEERDAGANGAN NASIONAL diajang KSN Bidang Ekonomi tahun 2020

Kabar ricuh mengenai kemunculan pandemi Covid-19 telah merombak kebiasaan kita sebagai makhluk sosial untuk berkumpul, belajar, ataupun bekerja seperti biasanya. Di bidang pendidikan sendiri, telah dijalankan mekanisme pembelajaran daring sebagai solusi untuk tetap menggerakkan roda pendidikan Indonesia  di kala pandemi. Pada akhir Juni  berbagai ajang perlombaan nasional sempat direncanakan untuk dibatalkan, namun kembali dijalankan  dua bulan kemudian dengan kesepakatan mekanisme baru yang tetap memberlakukan social– distancing. Lomba-lomba seperti Kompetisi Sains Nasional, FLS2N, LDBI, NSDC, telah diputuskan untuk dilaksanakan secara daring.

Sebagai pelajar sekaligus salah satu peserta Kompetisi Sains Nasional (KSN) di bidang ekonomi yang berhasil melaju ke tingkat nasional, dampak dari pandemi ini sangat terasa. Keluh kesah  dari  pembelajaran  daring  ditambah  pelaksanaan  lomba  di  Bangka  Belitung  yang dibatalkan, tak dapat dipungkiri. Namun apakah hal tersebut mematahkan semangat kami? Jawabannya tidak.

Mekanisme  asing  yang mungkin  belum  secara  sempurna  diterima  oleh  kedua  belah

pihak, pelajar maupun pengajar, tak meredupkan semangat kami sebagai penggerak roda pendidikan Indonesia. Antusias yang bisa dirasakan di antara peserta KSN adalah salah satu bentuk mengembaranya api semangat kami dalam menggapai prestasi dengan segala keterbatasannya. Kami tak saling bertemu namun tetap dapat bertatap muka melalui beragam aplikasi yang dapat menunjang. Walaupun pertemuan kami terbatas, kebersamaan kami tetap mengikat kuat.

Ada atau tidaknya pandemi ini, semangat kami tetap sama. Ajang ini adalah tempat yang memberikan kami kesempatan untuk mengukir nama. Pandemi yang terus menyeruak di atas tanah air tercinta bukanlah halangan kami untuk menoreh prestasi. Halangan nyata yang dapat menghentikan kami adalah berhenti dan menyerah. Lalu apakah kami akan berhenti dan menyerah? Tentu tidak.

Selama empat hari lamanya, tak ada satupun hari yang berlalu tanpa kesungguhan kami untuk melakukan yang terbaik. Seberat apapun kendalanya, kami selalu mencari cara terbaik untuk dapat mengatasinya. Sebagai perwakilan yang berhasil maju ke tahap nasional, kami berusaha untuk tetap terus menjaga nama baik provinsi kami. Karena selanjutnya akan dipilih perwakilan yang akan melaju ke tahap internasional dan bersaing dengan pelajar dari berbagai belahan dunia.

Layaknya kutipan ‘perjuangan tak mengkhianati hasil’, tak ada satupun peserta yang bermain-main  selama  ajang  perlombaan  ini  berlangsung.  Dimulai  dari  hari  pertama  yang berjalan lebih dari sembilan jam lamanya, keseluruhannya diisi dengan jadwal padat yang terdiri atas pengerjaan soal dan penulisan makalah. Kemudian disusul dengan hari kedua untuk melakukan praktik simulasi perdagangan saham. Lalu hari ketiga dan keempat yang diisi dengan presentasi makalah dan presentasi gagasan bisnis start-up kelompok.

Kutipan tersebut sangat menggambarkan suasana ajang ini. Semua pelajar dari seluruh nusantara berjuang sekalipun mata sudah berat untuk tetap terjaga. Lantas atas dasar apakah pandemi ini bisa menghalangi kami? Kenyataannya kami semua berhasil berjuang melawan pandemi ini dengan prestasi yang berhasil kami toreh. Seberapa larut kami terjaga demi menyempurnakan nilai akhir, semuanya berbuah manis pada ujung acara pemeringkatan.

Sebagai  salah  satu  pelajar  yang  mewakili  provinsi  Kalimantan  Timur,  saya  sendiri

berhasil menoreh nama pada salah satu penghargaan khusus untuk simulasi perdagangan saham terbaik. Tentu tak ada yang bisa menyangkal rasa kecewanya karena dibatasi dengan berbagai

keadaan yang terpaksa timbul semenjak pandemi ini tumbuh, namun tak ada pula yang dapat menyangkal bahwa kami sebagai pelajar Indonesia tetap berjuang melawan pandemi ini dengan torehan prestasi-prestasi gemilang yang mengharumkan nama sekolah ataupun provinsi kami.

Peran pelajar  Indonesia  sebagai  pengharum  nama  bangsa  tak lepas dari peran kami

dalam menghadapi pandemi. Kami ‘melawan’ dalam bentuk semangat api yang menyala terang dan kami ‘menang’ dengan membawa prestasi hasil perjuangan keras kami. Tidak mengenal apa itu hambatan pandemi yang menghalangi para pelajar Indonesia untuk berprestasi

Juara 1 Cerpen Gelar Karya dan Prestasi 2020

HARAPAN BAGI KAMI

Karya: Dwi Anggraini Purba Wardhani, siswa kelas XII MIPA 2

Aku ingin menceritakan sedikit perjalanan hidupku. Awal dari perubahan yang tidak hanya berdampak pada diriku sendiri, namun pada orang di sekitarku juga.

===

Sejuknya embun masih terasa, dedaunan  masih basah karena tetesan embun dan segarnya udara mengawali rutinitasku hari ini. Di saat matahari bahkan masih malu-malu untuk menampakkan dirinya dan di saat anak-anak seumuranku masih tertidur lelap di pelukan orangtua mereka, di sinilah aku. Di tempat yang bisa dibilang kumuh dan dikelilingi banyak sampah. Perjalananku ditemani oleh aroma basah embun bercampur dengan aroma kurang sedap yang ditimbulkan oleh sampah- sampah disekitarku.

Namaku Laras, usiaku tujuh tahun. Di usiaku seharusnya aku tidak memikirkan hal selain bermain. Bukannya tidak bersyukur dengan keadaan yang sudah ditakdirkan untukku, namun ketika melihat anak-anak bermain tanpa ada beban yang terlihat di wajah mereka sungguh aku ingin merasakannya juga!

Karung goni yang kubawa sudah hampir penuh dan terasa berat, itu artinya aku sudah bisa menukarkannya dengan uang, semoga kali ini hasil yang kudapatkan bisa untuk makan keluargaku.

“Wah, banyak juga yang kamu ngambil hari ini, ras!” ucap orang itu sambil menimbang sampah yang tadi sudah kukumpulkan.

“Alhamdulillah Ko, hari ini dapat banyak barang bagus juga” jawabku yang sudah tidak sabar untuk menerima uang setelah sampah yang kukumpulkan tadi kuantarkan ke tengkulak.

“Ini Laras, uangnya” ucap orang itu sambil menyodorkan uang sepuluh ribu rupiah kepadaku.

“Terima kasih, Ko!” jawabku dengan riang.

Aku berjalan pulang dengan perasaan yang senang, sepuluh ribu sudah berada di genggaman tanganku. Walaupun bagi kalian ini jumlah yang sedikit, tetapi dengan keadaanku, aku merasa seperti orang kaya. Bilang saja aku berlebihan atau apa pun itu, belum tentu anak seusiaku di luaran sana bisa menghasilkan uang sendiri seperti yang kulakukan sekarang ini. Dengan penampilanku yang lusuh dan baju yang kebesaran di badanku yang kurus ini, aku berjalan cepat, karena sudah tidak sabar untuk sampai ke rumahku.

Keluargaku tidak berasal dari lingkungan yang berada, kami hidup dengan sangat sederhana. Ayahku nelayan sedangkan ibuku membantu ayahku untuk menjual ikan di pasar. Tidak jauh berbeda dengan rutinitas yang kulakukan untuk mengawali hariku, yaitu mencari sampah. Tempat tinggalku berada di kawasan kumuh dengan adanya sampah yang menumpuk di lingkungan tempat tinggal kami.

Aku yang berusia tujuh tahun ini, sebenarnya ingin sekali bersekolah namun apa dayaku, mendapatkan uang dan bisa makan hari ini saja sudah cukup. Orangtua ku tidak sanggup membiayai sekolahku. Karena itulah aku memutuskan untuk membantu mereka dengan mengumpulkan sampah-sampah. Tetapi saat aku mempunyai waktu luang, aku belajar sendiri dengan menggunakan buku bekas yang kudapatkan dari orang baik yang menyumbang peralatan sekolahnya kepada kami yang kurang beruntung ini.

Sampai suatu hari, saat aku sudah selesai melakukan rutinitasku dan bergegas pulang. Tetapi, dalam perjalanan pulang, aku melihat orang-orang begitu ramai. Lingkunganku memang biasanya ramai tetapi kali ini keramaian itu terlhat berbeda dari biasanya. Orang-orang terlihat mengerumuni seorang pria dan karena rasa penasaranku yang cukup besar aku mendesak masuk ke dalam kerumunan itu. Beruntung, aku memiliki badan yang kurus sehingga memudahkanku untuk masuk ke kerumunan tersebut. Setelah berhasil masuk ke kerumunan tersebut terlihat seorang pria tegap dengan pakaian yang rapi dan bersih. Pria tersebut terlihat diikuti oleh  orang yang sedang menanyakan beberapa pertanyaan kepada nya dan juga beberapa orang yang membawa benda yang terlihat asing dimataku. Benda itu terlihat cukup besar dan berwarna hitam. Oh, aku ingat! Benda itu pernah kulihat di bukuku, benda itu adalah kamera. Pria yang kulihat tadi terlihat berbicara sambil terus melihat kearah kamera itu. Aku merasa bingung.

‘’Sebenarnya apa gerangan yang sedang terjadi disini ?” begitu batinku.

Setelah itu aku mendengar teriakan orang-orang menyerukan nama seseorang. Aku tidak tahu itu nama siapa, tetapi sepertinya nama itu nama pria yang sedang berada di tengah kerumunan ini. Sementara aku disini masih mematung dan bingung dengan apa yang terjadi disini. Orang-orang terlihat begitu senang dengan kedatangan pria ini.

“Alhamdulillah, keadaan kita akan mulai membaik mulai sekarang!” ujar tetanggaku, Bu Asih

Segera setelah kerumunan itu berkurang dan pria itu hendak pergi meninggalkan lingkungan tempat tinggalku, aku bergegas menanyakan apa yang sejak tadi menjadi pertanyaan besar bagiku. Aku pun segera bertanya kepada bu Asih.

“Bu, sebenarnya apa yang terjadi?”  tanyaku kebingungan.

“Kamu harus bersyukur Laras, pria tadi akan mengubah hidup kita!” jawab bu Asih .

‘’Mengubah apa maksud ibu?” tanyaku kembali.

“Keadaan kita bisa mulai berubah saat ini, jika kita memilih dia” jawab bu Asih.

“Memilih dia bagaimana maksudnya bu?” tanyaku

“Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti Laras, suatu saat pasti kamu akan mengerti” Jawab Bu Asih

Aku terdiam. Bukannya puas akan jawaban Bu Asih tetapi aku malah semakin bingung. Masih banyak pertanyaan yang berputar di dalam kepalaku. Saking banyaknya, pertanyaan tersebut tidak bisa kutanyakan kepada Bu Asih.

“Siapa gerangan pria itu?”

“Mengapa orang-orang terlihat senang sekali?”

“Mengubah keadaan bagaimana?”

“Memilih dia untuk apa?” dan masih banyak lagi yang ingin kutanyakan.

Cukup lama aku terdiam dalam lamunanku disini. Setelah tersadar dari lamunanku aku segera melanjutkan perjalanan pulang. Sesampainya di rumah, aku segera bertanya pada ayah yang kebetulan tidak pergi melaut hari itu.

“Ayah tadi aku melihat kerumunan orang yang sedang melihat seorang pria, apakah ayah tau tentang hal itu?” tanyaku pada ayah.

“Tentu saja, daritadi tetangga kita sudah ramai membicarakannya” jawab Ayah.

“Apakah ayah tau dia siapa dan mengapa orang-orang terlihat sangat senang dengan kedatangannya kemari?” Tanyaku panjang lebar

“Pria itu merupakan calon legislatif dan orang-orang terlihat senang karena mereka percaya orang itu bisa mengubah keadaan para rakyat kecil seperti kita” jawab Ayah dengan sabar.

“Apa itu calon legislatif?” tanyaku kembali.

“Kamu masih terlalu kecil untuk mengerti dan sebaiknya kita jangan terlalu percaya kepada orang-orang seperti itu” jawab ayah sembari menunjukkan raut wajahnya yang kecewa.

Rasa penasaranku terjawab kali ini tetapi muncul pertanyaan baru di dalam benakku.

“Mengapa raut wajah ayah terlihat kecewa? Atau hanya perasaanku saja?” batinku.

Aku mencuri dengar saat orang-orang sedang berbicara bahwa pria itu terpilih menjadi calon legislatif. Tetapi sudah kutunggu- tunggu perubahan yang mereka katakan hari itu tak kunjung terlaksana juga. Hari berganti minggu, minggu berganti bulan dan bulan berganti tahun.setahun sudah berlalu Tetapi menurutku keadaan tetap sama, tidak ada yang berubah. Aku masih ingat betul kata orang-orang, pria itu akan mengubah hidup kami menjadi lebih baik. Tetapi, aku tetap harus memungut sampah setiap hari, ayah tetap harus melaut dan ibu juga harus tetap berjualan ikan di pasar dan lingkungan tempat tinggal kami pun tetap sama seperti dulu, tidak layak ditinggali!

“Apanya yang berubah?” tanyaku dalam hati.

===

Sebulan sejak kejadian itu, ada seorang guru honorer yang berhati malaikat bernama pak Darmawan. Beliau menjadikan gubuk kecil di dekat sungai yang berada di dekat tempat tinggalku sebagai perpustakaan sederhana. Buku buku itu merupakan buku bekas dari perpustakaan tempat Pak Darmawan mengajar. Buku itu beliau bawa dan perbaiki lalu ditaruh di gubuk agar bisa di baca kembali. Gubuk itu baru dijadikan perpustakaan oleh pak Darmawan tiga hari yang lalu. Aku sangat senang pergi ke perpustakaan itu bersama dengan teman-teman yang memiliki nasib yang sama denganku. Selain dijadikan perpustakaan, Pak Darmawan juga sering mengajari kami yang tidak bisa sekolah atau putus sekolah karena keadaan. Beliau melakukan ini dengan sukarela. Sejauh ini beliau sudah mengajari kami cara membaca, menulis, dan menghitung hitungan dasar seperti pertambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Selain pelajaran umum kami juga diajarkan membuat kerajinan dari barang-barang bekas.

Buku-buku yang ada di dalam perpustakaan itu sering kupinjam untuk dibawa pulang agar aku bisa mengulang materi yang diberikan oleh Pak Darmawan. Beliau merupakan orang yang sangat baik, terkadang buku yang ada di perpustakaan diberikannya padaku untuk membantuku belajar. Beliau sering berkata padaku bahwa aku harus rajin membaca karena membaca merupakan jembatan ilmu dan dari membaca kita juga akan menjadi orang yang berwawasan luas.

Beliau merupakan orang yang sangat baik. Pernah sekali aku bertanya pada beliau apa yang membuat beliau sangat dermawan seperti ini, dan beliau menjawab pertanyaan yang kuberikan dengan jawaban yang akan kuingat sampai nanti.

“Jangan berbuat baik hanya karena kamu bisa dan ingin berbuat baik, tetapi berbuat baiklah di setiap kesempatan yang kamu punya, karena kebaikan apa pun yang kamu tebar hari ini akan menjelma berkali-kali lipat anugrah suatu saat nanti” begitu ujar Pak Darmawan

Bertahun-tahun telah berlalu. Aku pun sudah beranjak dewasa. Berkat ilmu, kebaikan dan nasihat nasihat yang beliau berikan aku bisa masuk universitas ternama. Aku masuk berkat beasiswa dan beliau juga membantuku mencari informasi mengenai beasiswa itu. Kebaikan dan nasihat beliau mengenai rajin belajar dan berbuat baik akan kuingat dan kulaksanakan.

Awalnya, sangat berat bagiku untuk masuk universitas tesebut karena aku harus menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru saja aku masuki. Tetapi lama kelamaan aku terbiasa dan mulai bisa menyesuaikan diri di lingkungan tersebut.

Tiga tahun sudah kulalui di universitas ini dan artinya sebentar lagi aku lulus. Aku diberikan tugas akhir untuk syarat kelulusanku berupa proyek kerja. Aku teringat lingkungan tempat tinggalku. Karena lingkungan ku merupakan lingkungan yang tidak layak ditinggali akhirnya aku membuat proyek kerja disana. Aku membuat proyek kerja untuk membangun kesejahteraan warga di lingkungan tempat tinggalku. Sedikit demi sedikit proyek kerja yang kubuat mulai membuahkan hasil, perekonomian di lingkungan tempat tinggalku mulai membaik. Proyek kerja yang kulakukan di sini bisa dibilang berhasil.

Hari kelulusan telah tiba, ayah dan ibuku menangis terharu akan keberhasilanku. Aku pun juga berterimakasih kepada mereka karena doa mereka aku bisa sampai disini. Setelah itu, aku diterima bekerja di suatu perusahaan. Hidupku dan keluargaku berangsur-angsur mulai membaik. Aku dan keluargaku sudah tidak tinggal di tempat tinggalku yang dulu.

Suatu hari aku memutuskan untuk mendatangi lingkungan tempat tinggalku yang dulu. Ternyata lingkungan tempat tinggalku sekarang sudah berubah. Berubah menjadi yang lebih baik tentunya. Lingkungan yang dulu kumuh dan terlihat sampah dimana-mana sekarang sudah terlihat bersih. Tentunya aku tidak lupa mengunjungi Pak darmawan yang sudah sangat berjasa padaku. Gubuk kecil yang dulu menjadi tempat aku menuntut ilmu sekarang sudah menjadi perpustakaan umum. Kegiatan belajar mengajar pun masih tetap berlangsung disana. Yang terlihat berbeda disini selain tempat yang sudah direnovasi adalah murid yang bertambah banyak dan juga guru sukarelawan yang bertambah banyak.

Kisahku bukanlah kisah yang langka di negeri ini. Kami meruoakan korban keserakahan para pemimpin yang egois. Mereka merenggut masa bermain kami, keluarga kami berpenghunikan rumah yang kumuh. Andai saat itu aku bisa membuat harapan, aku hanya ingin merasakan hidup seperti anak kecil lainnya yang seumuran denganku. Bersekolah dengan layak, bermain dengan teman sebaya, bermanja-manja dengan orangtua adalah hal yang saat itu ingin sekali kurasakan. Namun, aku tak berdaya saat itu, aku tak mampu menyuarakan hak yang seharusnya kudapatkan. Tetapi sekalipun aku dapat menjerit, meronta, dan menangis sekencang-kencangnya tidak aka nada telinga yang mampu mendengarkan kisahku. Karena telinga itu seakan-akan tuli, mata itu seakan tidak dapat melihat penderitaan yang kurasakan. Kisahku ini akan terus menjadi cerita di negeri ini jika para koruptor terus berkuasa, selama para pemimpin serakah it uterus membodohi rakyat biasa dengan ratusan janji manis yang keluar dari mulut mereka yang satu pun tiada nyata.

Mungkin saat itu aku beruntung bisa bertemu Pak Darmawan yang begitu baik hati sehingga aku dapat merubah nasibku ini menjadi lebih baik. Kita semua harus berusaha menjadi orang yang baik. Jika kita tidak dapat menemukan orang baik, jadilah orang baik itu sendiri dan halangan seperti apa pun yang berada di depan kalian, pasti bisa kalian lewati. Teruskanlah langkah kalian, pasti kalian bisa mancapai prestasi sesuai bidang yang kalian inginkan.

Cerpen

A L E N A

Karya: Supriya, S.Pd

Memang beberapa minggu terakhir itu aku banyak kegiatan menulis, yah sekadar iseng. Kebetulan itu malam Minggu jadi aku santai sambil dengarkan musik. Tiba-tiba istriku “Yah, kok muter musiknya etnik dayak?”

“Kebetulan musiknya lembut dan enak didengar.” Aku berbohong padahal aku mutar musik iringan sape’ itu karena memang aku rindu, rindu masa lalu. Rindu Alena. Alena adalah gadis Kenyah yang sempat kutaksir bersamaan dengan wanita yang sekarang jadi istriku. Namun aku tak harus menyampaikan kepada istriku kalau aku pernah dekat dengannya.

Sebetulnya kejadian malam itu di gedung bioskop, aku nonton bersama wanita yang sekarang jadi istriku. Lampu dalam gedung bioskop memang remang-remang sehingga tak jelas memandang orang yang datang duluan.

Rupanya Alena malam itu juga nonton film di gedung itu hanya datang lebih awal. Aku gandeng wanita yg sekarang jadi istriku, sebut saja Dani.

Begitu aku dengan Dani, ternyata di belakang kursiku sudah duduk Alena bersama teman wanita, melihat aku berdua dengan Dani dia langsung pergi menjauh dariku.

Sebetulnya kalau malam itu aku tidak ketahuan bersama Dani, mungkin bukan Dani yang jadi istriku tapi Alena.

Alena begitu memesona, sebetulnya aku jatuh cinta padanya tapi waktu itu masih ragu akan kemampuanku untuk membimbingnya. Waktu itu aku terlanjur menyatakan cintaku kepada Dani dan diapun menerimaku sehingga keinginan bertemu Alena berangsur kurang akhirnya lupa karena aku menikah dengan Dani.

Selama mengarungi samudera kehidupan bahtera kami baik-baik saja. Wajarlah ada riak-riak kecil, sebab itulah seni berumah tangga.

Tujuh belas tahun bukanlah waktu yang sebentar tapi untuk melupakan bukan perkara mudah. Kerinduanku kepadanya tak boleh ada yang tahu cukup aku dan Tuhan.

Pernah suatu malam aku sengaja tidur menyendiri untuk menikmati kerinduanku, rindu kepada Alena. Tak mungkin menghubunginya karena tidak tahu rimbanya.

Waktu itu, kalau kami bertemu harus langsung tak seperti sekarang ada telpon, bisa sms, bisa WA dan lainnya. Aku cukup sederhana untuk menngobati rindu, cukup musik sape kuputar, pernah suatu malam kuputar musik itu berulang sampai tertidur, tahu-tahu aku bangun pukul 03.00.

Alena adalah sape’ dan sape’ adalah Alena, alunan suaramu sanggup membuatku terbang ke angkasa dan tidur bersama bintang-bintang. Hari itu hari Minggu pas cuaca kurang bersahabat, agak muram matahari enggan berbagi sinarnya.

Duduk di depan laptop yang sebenarnya mau menulis namun keybord laptopku hurufnya hanya A L E N A, semua terbaca alena. Semakin jauh semakin lama rinduku kepada Alena bukan berkurang tapi justru bertambah, karena itu aku tulis surat terbuka buat Alena.

Teruntuk Alena

di mana saja berada

Salam rindu,

Kuharap dirimu baik-baik saja bersama anak dan suamimu, maaf Alena ini terpaksa kulakukan karena dorongan hati tak sanggup kutahan.

Alena jika kau baca surat ini tentunya tidak seperti tujuh belas tahun lalu saat aku mengenalmu, kini semua sudah berubah kecuali rinduku padamu. Alena maafkan aku atas kejadian di dalam gedung bioskop, aku tahu kau cemburu karena bersama wanita lain tapi bukan dirimu.

Alena, kamu berhak cemburu sebab sebenarnya hati kita sudah terpaut hanya ada keterlanjuran aku menjatuhkan pilihan kepada wanita lain bukan dirimu.

Alena, jika waktu bisa diputar kembali tentunya aku akan menjatuhkan pilihan kepadamu.

Alena, semua telah terjadi dan kau pun pergi entah kemana, semoga saja rindu itu tetap terjaga bersama alunan musik sape’.

Alena semoga kau bahagia bersama orang-orang tercinta, berbahagialah dengan caramu, dan aku pun demikian.

Alena kuakhiri suratku untukmu, biarlah rindu ada tapi cinta tak usah berbagi, karena kita bukanlah rembulan yg bisa berbagi sinarnya.

Itulah surat terbuka buat Alena. Sekadar berbagi cerita tentang Alena yang tak sempat kumiliki. Alena adalah bidadari masa lalu yang tak sempat kumiliki.

Gelar Karya dan Prestasi Siswa

SMAN 1 Tenggarong telah memasuki usia ke 56 tahun. Ditengah masa pandemi COVID 19, SMAN 1 Tenggarong tidak berdiam diri. Tetapi SMAN 1 Tenggarong tetap bekerja keras untuk selalu melayani peserta didiknya, agar peserta didik di SMAN 1 Tenggarong dapat belajar menggali ilmu, berkarya dan berprestasi.
Pada tanggal 26 Okotber 2020 SMAN 1 Tenggarong menggelar Karya dan Prestasi dalam rangka memperingati HUT SMAN 1 Tenggarong yang ke 56, dan Bulan Bahasa menyambut hari Sumpah Pemuda.

Acara yang diadakan pada masa pandemi covid19 ini mengambil Tema : Raga boleh terkekang tetapi semangat dan karya harus selalu berkembang.

Acara ini diadakan secara sederhana, dengan cara virtual menggunakan zoom meeting dengan 100 partisipan. Partisipan yang mengikuti zoom meeting adalah perwakilan kelas X, XI dan XII, guru dan staf Tata Usaha, perwakilan pengurus OSIS/MPK serta dihadiri oleh ketua Komite SMAN 1 Tenggarong dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Kalimantan Timur Wilayah III di Kab. Kutai Kartanegara.

Acara ini juga dilakukan secara live streaming via youtube, sehingga sebanyak 900an siswa SMAN 1 Tenggarong dapat berpartisipasi dalam perayaan ini.

Pada kegiatan Gelar Karya dan Prestasi Siswa tahun 2020, telah dilaksanakan 14 (empat belas) lomba. Lomba-lomba tersebut bertujuan agar peserta didik dapat dan berani bersaing secara positif, mengeksplorasi telenta dalam diri siswa, dan siap bekerja keras. Ke-empat belas lomba tesebut dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 22 Oktober 2020. Semua lomba dilakukan secara daring. Setiap peserta mengirimkan karyanya dalam bentuk video, dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh panitia. Beberapa mata lomba, pada saat final dilakukan secara virtual meeting
melalui google meet.

Lomba-lomba tersebut antara lain:
Menyanyi solo, Monolog, Baca Puisi, Speech Contest, Desain Poster, Fotografi, Membuat Cerpen, Resensi Novel, Membuat Essay, MTQ, Komik Digital, Pionering, MC, dan Senam Solo
Adapun hasil lomba telah diumumkan pada tanggal 27 Oktober 2020, yang dapat dilihat melalui chanel SMANSA Tenggarong.

Selain mengadakan lomba, juga diadakan pameran virtual karya siswa SMAN 1 Tenggarong, berupa seni lukis, kriya, tari dan suara. Pameran ini dapat disaksikan pada chanel SMANSA Tenggarong

Beberapa ucapan selamat dan motivasi dari alumni yang telah sukses pada bidangnya masing-masing, juga dapat dilihat pada channel SMANSA Tenggarong.

DIRGAHAYU SMAN 1 TENGGARONG…….